PERIODESASI KARYA SASTRA DI INDONESIA
Karya sastra adalah menciptakan karya yang
disampaikan dengan komukatif dengan maksud dan tujuan tertentu dan menghasilkan
suatu karya yang mempunyai arti. Ada beberapa periodesasi diindonesia yaitu
angkatan 20an, 33, 45, 50-60, 60-70,90, 2000 sampai sekarang
1. ANGKATAN 20AN/SITI NURBAYA/BALAI PUSTAKA
Angkatan ini adalah karya sastra yang pertama kali masuk
diindonesia, angkatan ini disebut dengan balai pustaka atau Siti Nurbaya, Balai
Pustaka merupakan nama badan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun
1908. Lahirnya Balai Pustaka sangat menguntungkan kehidupan dan perkembangan
sastra di tanah air baik bidang prosa, puisi, dan drama. Peristiwa- peristiwa
sosial, kehidupan adat-istiadat, kehidupan agama, ataupun peristiwa kehidupan
masyarakat lainnya banyak yang direkam dalam buku-buku sastra yang terbit pada
masa itu. Sebelum balai pistaka masuk ada
sastra yang masuk diindonesia adalah melayu rendah yang berisi tentang
sastra liar yang menganut buruknya kehidupan
seperti politik, cabul dan lain lain.
Tokoh dan Karya pada
Angkatan ‘20:
1. Merari
Siregar : Azab dan Sengsara, Binasa Kerna Gadis Priangan
2. Marah Roesli : Siti Nurbaya, La
Hami
3. Muhammad Yamin:Tanah Air,Indonesia,Tumpah Darahku, Ken Arok daKen Dede
4. Tulis Sutan Sati : Tak Disangka,Tulis Sutan Sati
5. Nur Sutan Iskandar: Apa Dayaku karena
Aku Seorang Perempuan, Salah Pilih
6. Djamaluddin Adinegoro : Darah muda
(1927), Asmara jaya (1928),
7. Abas Soetan Pamoentjak : Pertemuan
(1927)
8. Abdul Muis : Salah Asuhan (1928),
pertemuan Jodoh (1933)
9. Aman Datuk Madjoindo: Menebus Dosa , Si Cebol Rindukan Bulan ,Sampaikan Salkamku Kepadanya
Ciri ciri angkatan 20an (balai
pustaka)
1. Menggambarkan
pertentangan paham antara kaum muda dan kaum tua.
2. Menggambarkan persoalan adat dan kawin paksa termasuk
permaduan.
3. Adanya kebangsaan yang belum maju masih bersifat
kedaerahan.
4. Banyak menggunakan bahasa percakapan dan mengakibatkan
bahasa tidak terpelihara kebakuannya.
5. Adanya kontra pertentangan antara kebangsawanan pikiran
dengan kebangsawanan daerah.
6. Cerita bermain pada zamannya.
7. Corak lukisannya adalah romantis sentimentil. Angkatan 20
melukiskan segala sesuatu yang diperjungkan secara berlebih-lebihan.
8. Puisinya masih banyak berbentuk syair dan pantun.
9. Puisi bersifat dikdaktis.
Roman adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau
gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa
masing-masing. Bisa juga roman artinya adalah "kisah percintaan”
2.
ANGKATAN 33/PUJANGGA BARU
Angkatan 30an
adalah lanjutan dari angkatan 20an. Munculnya angkatan 30an adalah majalah yang
berjudul Poedjangga
Baroe. adalah
sebuah majalah sastra Indonesia yang avant-garde yang
diterbitkan dari bulan Juli 1933 sehingga Februari 1942. Majalah ini didirikan Armijn Pane, Amir Hamzah, dan sutan takdir
Selama sembilan tahun terbit, Poedjangga
Baroe menerbitkan 90 edisi, yang memuat lebih dari tiga ratus butir puisi,
lima buah drama, tiga buah antologi puisi, sebuah novel,
berbagai esai, dan beberapa cerpen. Publikasi ini, yang tidak pernah mempunyai
lebih dari 150 langganan, mendapatkan penerimaan yang beragam. Penulis muda memuji-mujinya
karena dianggap mencerminkan keadaan sosio-politik pada zaman itu, sementara orang Melayu yang
tradisionalis menolak penggunaan bahasanya, yang dianggap merusak ciri khas bahasa Melayu. Biarpun
sebagian besar karya yang dimuatnya sudah terlupakan, tema dan gaya tulis yang
menonjol dalam periode 1933 sampai 1942 membuat zaman itu disebut "angkatan
Poedjangga Baroe" dalam periodisiasi sastra Indonesia.
Ciri-ciri
Angkatan Pujangga Baru (30-an)
1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi
wanita
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah,
peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik
3.
ANGKATAN 45
Angkatan '45
merupakan salah satu periodisasi dalam Sastra indonesia Corak sastra angkatan
ini lahir sejak bangsa Jepang menjajah Indonesia
pada tahun 1942. Karya sastra pada angkatan ini
bercorak lebih realis dibandingkan karya sastra Angkatan Pujangga Baru yang romantis
dan idealis. Selain itu, karya sastra angkatan ini diwarnai dengan pengalaman
hidup dan gejolak sosial-politik-budaya yang terjadi di tengah bangsa Indonesia
Gaya dari sastra ini lebih bersifat ekspresif
dan revolusioner serta bersifat nasionalis.
Sastra di
angkatan 45juga dianggap wajar karenna sewajarnya menceritakan pengalaman tokoh
yang biasa saja tanpa memandang fisik tokoh tersebut. karena perjuangan
Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan ’45 ini. Pujangga baru yang semula
memiliki gagasan yang berartisasi sastra Indonesia, nyatanya hanya mentok pada
Belandanisasi.
Ciri-Ciri Sastra
Angkatan 1945
1. Cenderung bersifat realistis, sinis, dan ironi.
2. Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah
kemanusiaan yang universal.
3. Mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama
dengan latar perang kemerdekaan.
4. Bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau
rima.
5. Lebih bergaya naturalisme, ekspresionisme dan beraliran
realisme, sinisme dan sarkasme.
6. Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih
mementingkan isi daripada bentuk.
7. Berisi tentang individualisme.
4.
Angkatan 50an-60an
Karya sastra angkatan 50an
tidak jauh beda dengan angkatan 45 karena sama samabertemakan perjuangan. Sastra
angkatan 50 dilatarbelakangi oleh keadaan Indonesia yang pada saat itu
mengalami perubahan yang cukup drastis, yakni dari transisi penjajahan berdarah
menuju ke kemerdekaan cemerlang. para sastrawan mulai memikirkan ciri khas
sastra pada angkatan 50-an dan masalah kebudayaan yang sedang dialami Indonesia
untuk membedakannya dari angkatan sastra sebelumnya. Timbulnya perpecahan dan
polemik yang berkepanjangan di kalangan sastrawan Indonesia pada awal tahun
1960, berhentinya perkembangan sastra
karna masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan
pecahnya G30S di Indonesia.
Ciri-Ciri Sastra
Angkatan 1950-1960an
1. Cerita perang mulai berkurang.
2. Menggambarkan kehidupan sehari-sehari
3. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap .
4. Banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik.
5. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang
penuh penderitaan.
6. Mengungkapkan masalah-masalah social, kemiskinan,
pengangguran, perbedaan kaya miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup.
7. Banyak mengemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat
sebagai pokok-pokok sajak balada.
8. Gaya slogan dan retorik makin berkembang.
5.
ANGKATAN
66-70AN
Angkatan ini
ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Nama angkatan 66 dikemukakan
oleh H.B.Jassin. Angkatan 66 muncul di tengah-tengah keadaan politik bangsa
Indonesia yang sedang kacau. Kekacauan politik itu terjadi karena adanya teror
PKI. Akibat kekacauan politik itu, membuat keadaan bangsa Indonesia kacau dalam
bidang kesenian dan kesusatraan. Akibatnya kelompok lekra di bawah PKI bersaing
dengan kelompok Manikebu yang memegang sendi-sendi kesenian, kedamaian, dan
pembangunan bangsa dan Pancasila.
Ciri-Ciri Sastra
Angaktan 1966-1970-an :
1. Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul
puisi-puisi balada).
2. Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang
menderita.
3. Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya
tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.
4. Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang,
dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka.
5. Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam
puisi.
6. Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada
awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan
kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.
7. Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan.
8. Pembelaan terhadap pancasila.
6.
ANGKATAN
80AN
Kelahiran sastra
angkatan 80-an diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh
kegiatan politik. Angkatan 80-an lahir pada masa pemerintahan Soeharto era Orde
Baru. Soeharto pada masa itu masih menduduki suatu jabatan di militer dan
sebagai presiden Republik Indonesia, sehingga pemerintahannya sangat kokoh
dengan perlindungan dari militer. Era Orde
Baru mempunyai ciri yaitu semua keputusan berporos pada presiden dan hak
bersuara sangat dibatasi. Ketika ada sebuah karya yang sifatnya dianggap
provokasi, mengancam, melecehkan, menyinggung dan merugikan maka akan langsung
ditindaklanjuti oleh Soeharto dengan segera. Karya sastra yang lahir pada tahun
80-an dipengaruhi proses depolitisasi tersebut. Oleh karena itu, sastra yang
muncul pun jadi tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak
menunjukkan kegelisahan dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu. Namun,
yang tak boleh dilupakan pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran
pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman
Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Sastra popular atau yang lebih dikenal dengan
sebutan sastra pop, dianggap sebagai sastra yang esensinya lebih rendah dari
sastra non-pop. Sastra pop dianggap tidak memiliki keindahan dari segi
pemaknaan karena sekali baca seorang pembaca bisa langsung mengetahui makna
yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tidak seperti sastra non-pop, sastra pop
cenderung lebih mengutamakan permintaan pasar daripada keindahan estetik yang
tersaji lewat penyampaian maupun makna yang tersirat di dalam karya tersebut.
Ciri-ciri Sastra
Angkatan 1980-1990-an:
1. Puisi yang dihasilkan bercorak spritualreligius.
2. Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan
mistikisme,
3. Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi,
4. Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep
kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
5. Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan.
6. Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada
dimasyarakat dan romantis,
7. Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari
pengertian aslinya,
8. Mulai menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh
utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur,
9. Didominansi oleh roman percintaan,
10. Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya
barat, dimana tokoh utamanyamempunyai konflikdengan pemikiran timur dan
mengalahkan tokoh anta gonisnya.
7.
ANGKATAN
90AN
Karya sastra di
Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1990, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut. Karya
sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan
penerbitan umum. Sebetulnya pada
angkatan 90 ini belum benar-benar dikatakan sebagai angkatan, namun karena
banyak pengarang yang menciptakan suatu karya-karya pada tahun 90an disebutkan
bahwa adanya angkatan 90 itu.
Ciri-ciri Angkatan 90
1. Kecendrungan dominan dari penyairnya
yaitu lebih menyodorkan unsur asketik di antara kerumunan tema-tema sosial yang
menghinggapi generasi penyair 90-an.
2. Semakin banyak
karya-karya sastra yang diterbitkan tanpa ketakutan apapun.
3. Ditandai dengan
banyaknya roman percintaan.
4. Mulai memunculkan
masalah gender.
5. Mulai muncul
sastrawan wanita yang menonjol.
8.
ANGKATAN
REFORMASI
Proses
reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatar belakangi
kelahiran karya-karya sastra,puisi,cerpen,dan novel pada saat itu. Bahkan
penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik,seperti Sutardji
Calzoum Bachri,Ahmadun Yosi herfanda dan Acep Zamzam Noer,juga ikut meramekan
suasana dengan sajak-sajak sosial politik mereka.
Ciri-Ciri Karya Sastra Angkatan Reformasi
1. Bertemakan social-politik.
2. Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran.
3. Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa.
4. Religious dan nuansa sufistik.
9.
ANGKATAN 2000
Angkatan ini
ditandai dengan oleh karya-karya yang cenderung berani an vulgar dan kebanyakan
mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala remaja Amerika. Tetapi pada
masa ini, muncul juaga fiksi-fiksi islami. Sebuah buku tebal keluaran tahun 2000 yang di
terbitkan oleh gramedia jakarta tahun 2002
Ciri-Ciri
Sastra Angkatan 2000-an
1. Karya cenderung vulgar.
2. Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami.
3. Muncul cyber sastra di internet.
4. Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut
bahasa “kerakyat jelataan”.
5. Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas
aturan dan cenderung ke puisi konkret.
6. Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme”.
7. Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan
kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput
atau daun-daun.
8. Puisinya menggunakan citraan alam benda.